Thursday, December 23, 2010

Mengenal Investasi Saham (1)

Oleh: Prita H. Ghozie, SE, MCom, GCertFinPlanning, CFP ( KONTAN Mingguan No.50 - XIV Edisi 17-21 September 2010. Hal. 15)


Tidak dapat dipungkiri bahwa pasar modal merupakan salah satu tempat untuk berinvestasi yang bagus. Faktanya, jumlah investor yang tercatat masuk ke pasar modal Indonesia jumlahnya belum mencapai 80 ribu orang, tidak sampai 1% dari total penduduk Indonesia yang jumlahnya ratusan juta itu. 

Tak kenal maka tak sayang. Seringkali saya mendapati masyarakat enggan berinvestasi di saham dengan alasan pasti rugi, tidak paham, tidak sesuai syariah, hingga menganggap investasi saham merupakan bentuk lain berjudi. Untuk Anda yang belum sempat atau tidak kebagian kursi di acara Kontan Share & Learn tentang investasi saham beberapa waktu lalu, semoga rangkaian tulisan saya berikut ini dapat menjawab sedikit rasa keingintahuan Anda.

Apa itu Saham
Saham adalah investasi modal. Anda tentu paham bahwa sebuah perusahaan pasti memiliki modal yang dicatat dengan sebutan saham di laporan keuangan. Bila Anda membeli saham, maka bisa dikatakan bahwa Anda memiliki bagian kecil di perusahaan tersebut dan dikenal dengan sebutan pemegang saham. Sebagai buktinya, Anda akan mendapatkan sertifikat bukti kepemilikan yang kita sebut saham.

Masih bingung juga?
Simak analogi cerita Sapi Betina yang kerap diajarkan oleh ayah saya, Dr. Iwan Pontjowinoto, saat menjelaskan tentang investasi saham kepada saya.

Misalnya ada 3 orang investor, Arzie, Althaf, dan Ardzaky, yang ingin membeli sapi bersama-sama. Sapi betina saat ini harganya Rp. 9 juta, sehingga mereka bertiga masing-masing memasukkan dana Rp. 3 juta untu membelinya. Mereka membeli sapi betina yang akan dipelihara dengan harapan mendapatkan susu setiap hari dan mendapatkan anak sapi setahun sekali. Bahasa keuangannya: Investasi Rp.9 juta pada seekor sapi betina, expected weekly income atau dividen setara 20 liter susu sapi, dan expected annual capital gain berupa seekor anak sapi. Masing-masing memiliki hak yang setara, yaitu 1/3 atas sapi dan semua hasilnya.

Setelah berjalan 6 bulan, sapi tersebut bunting dan selama ini memberikan susu rata-rata 24 liter/minggu. 
Jadi, menurut paparan analis, investment outlook-nya bagus sekali.

Setelah berjalan 7 bulan, mendadak Althaf perlu uang untuk suatu kepentingan. Untuk mengambil bagiannya, apakah mereka harus memotong sapi itu? Tentu tidak! Mereka pasti akan bingung menentukan siapa yang mendapat bagian paha, buntut, dan lainnya, padahal harganya jika dijual di pasar tentu tidak setara. Semua niatnya mau berinvestasi di sapi betina yang hidup, bukan pada daging dan kulit sapi betina. Oleh karena itu, mereka buatlah potongan-potongan puzzle yang menandakan masing-masing memiliki hak atas sapi.
Apakah harganya masih Rp. 9 juta? Sapi betinanya sudah tambah gemuk dan saat ini keadaannya bunting. Untuk mengetahui berapa harga pasar si sapi betina, dibawalah sapi tersebut ke pasar dan ditawarkan kepada para saudagar sapi betina. Setelah ditanyakan ternyata para saudagar mau membeli dengan harga rata-rata Rp.12 juta untuk satu ekor sapi. Oleh karena itu, untuk mengambil hak si Althaf, 1 puzzle dapat dibeli dengan harga Rp.4juta.

Cerita Sapi Betina dalam Kehidupan Nyata

Sekarang, misal kita anggap P.T. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) adalah 20.000.000 ekor sapi betina. Maka, semua orang yang berinvestasi pada P.T. Telkom adalah pemilik bersama dari 20.000.000 ekor sapi betina tersebut. Untuk memperjelas kepemilikan, dibuatlah sertifikat kepemilikan sapi Telkomsari. Misalnya, untuk setiap seekor sapi mendapat 3 sertifikat.
Jadi, saham adalah sertifikat sapi betina. 

Seperti cerita diatas, permasalahan saat Althaf ingin menjual bagiannya dapat diselesaikan. Saudagar Rafa yang membeli bagian Althaf akan mendapatkan 1 sertifikat Telkomsari dengan membayar Rp. 4 juta. Althaf adalah investor penjual, dan Rafa adalah investor pembeli. Selisih harga jual Rp.4 juta dikurangi harga beli Rp 3 juta adalah capital gain untuk Althaf dari investasinya di sapi betina. Delapan liter susu setiap minggu yang diperoleh Althaf  adalah weekly dividend. 
Sedangkan, pasar yang mengatur mekanisme untuk menampung penawaran dan permintaan para saudagar sapi betina merupakan Bursa Efek. 

Anda perlu ingat bahwa meski Arzie, Ardzaky, dan Althaf tidak memelihara sapi-sapi itu secara fisik, karena mereka hanya memegang bukti kepemilikan yang disebut Telkomsari itu. Namun, tetap saja sapi-sapi itu nyata adanya. Sama halnya dengan berinvestasi saham, Anda tidak akan memegang secara fisik sertifikat saham, namun jumlah kepemilikan akan tercatat di KSEI dan perusahaan yang Anda investasikan memang beroperasi dengan baik dan bagus.

Keuntungan berinvestasi saham

Investasi saham dapat dilakukan melalui investasi langsung ke pasar modal, mau pun membeli reksadana berbasis saham atau campuran. Masing-masing memiliki keunggulan, tergantung apa tujuan keuangan Anda.


Enhanced by Zemanta

No comments:

Post a Comment