Sunday, December 26, 2010

Bagaimana Memulainya?


(bahan literatur, saya lupa sumbernya)

Sebelum memulai berinvestasi, Anda harus membuka rekening efek terlebih dahulu melalui perusahaansekuritas yang terdaftar sebagai anggota bursa di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu Anda diharuskanmenyetor sejumlah deposit yang bisa bervariasi antara Rp 10 juta – Rp 50 juta. 

Masing-masing sekuritas berbeda satu sama lain, ada yang menawarkan full-service, ada yang hanya melayanijual-beli saja. Ada pula perusahaan sekuritas yang memberikan jasa online brokerage, sehingga Anda bisa melakukan jual-beli lewat internet. 
Beberapa di antaranya adalah:
* Etrading Securities
* Indo Premier Securities
* Phillip Securities Indonesia
* Samuel Sekuritas Indonesia
* Sarijaya Permana Sekuritas
* Supra Securinvest

Setelah Anda mengisi form, melengkapi persyaratan dan administrasi, biasanya 2-3 hari kemudian Anda bisa mulai berinvestasi. Besarnya fee untuk bertransaksi sekitar 0,2% untuk beli dan 0,3% untuk jual. Perusahaan sekuritas biasanya membolehkan Anda untuk bertransaksi yang nilainya 2-3  kali dari deposit yang Anda setorkan. Dana biasanya ditransfer dari/ke rekening Anda pada T+2 (beli) sampai T+3 (jual).

Namun, Anda juga perlu berhati-hati dengan broker. Mereka dibayar berdasarkan komisi beli-jual—-tak peduli Anda untung atau rugi. Broker-broker nakal bahkan sering menggunakan dana Anda tanpa ijin untuk melakukan trasaksi sendiri. Selain itu, sebagian broker (perusahaan sekuritas) juga bertindak sebagai penjamin emisi (underwriter) ketika sebuah perusahaan mendaftarkan diri di bursa. Demi alasan marketing, mereka punya kepentingan untuk menjaga agar harga saham emiten tersebut tetap “bagus.” Oleh karenanya, jangan jadikan rekomendasi dari analis sebagai sumber utama dalam melakukan investasi melainkan sebagai masukan saja. 
Yang terbaik tentu saja do your own homework!

Analisis Fundamental & Teknikal

Dalam dunia investasi, ada 2 metode yang lazim digunakan sebagai alat, yaitu fundamental analysis (FA) dan technical analysis (FA). FA menilai saham berdasarkan kondisi fundamental perusahaan itu sendiri, karenanya, FA lebih sesuai untuk investasi jangka panjang. Seorang FA sejati biasanya tak cuma sekadar menganalisis data keuangan saja, tetapi juga datang ke perusahaan yang diincar, berbicara dengan manajemen dan pemiliknya, melihat visi-misi dan strategic plan ke depan, dan sebagainya. 

Tak jarang seorang FA sejati sampai terbang ke seantero dunia demi mengorek informasi langsung dari perusahaan.

Sementara itu, TA menilai harga saham berdasarkan refleksi harga di masa lalu dengan membaca sentimen, tren, dan proyeksi yang mungkin terjadi di masa depan. TA akan membantu Anda memerkirakan arah pergerakan harga, membuat batas-batas pergerakan dalam kondisi tertentu, serta menunjukkan target arah beserta risikonya. TA lazimnya dilakukan dengan bantuan software aplikasi dan banyak mengeksploitasi grafik (chart). Karena sifat dan karakternya, TA lebih cocok untuk trading (spekulasi) dalam jangka pendek atau perlindungan (hedging).

Khusus di Indonesia, ada sebagian orang yang memasukkan bandarmologi analysis (BA) sebagai salah satu alat alternatif. Singkatnya, BA dilakukan dengan mencari rumor dan bisikan tertentu, lalu membonceng bandar saat mereka akan menggoreng sebuah saham. BA hanya sesuai untuk dilakukan dalam waktu yang benar-benar pendek-dan Anda punya akses untuk menemukan saham mana yang siap untuk digoreng.

Gorengan (cornering) adalah aksi yang dilakukan untuk memanipulasi harga dengan membuat permintaan yang sangat tinggi atas saham tersebut. Setelah harga sahamnya melewati target point tertentu, mereka kemudian melakukan aksi jual untuk meraih capital gain. Saham-saham gorengan biasanya merupakan saham lapis dua-tiga yang peredarannya tidak banyak dan harganya relatif murah. Mereka bisa naik-turun dengan sangat drastis tanpa sebab yang jelas dan harga saham tidak mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.

Mana yang paling tepat? 

Masing-masing hanya sebuah alat yang akan bermanfaat bila digunakan oleh orang yang tepat pada waktu yang tepat pula. Saya sendiri lebih menyukai FA karena filosofi saya adalah membeli saham dalam rangka memiliki perusahaan tersebut. Selama ini, semua dihitung hanya dengan kalkulator (atau ponsel) dan dicatat di kertas/map tanpa software khusus.

Sejauh ini, saya juga belum pernah menjual saham yang pernah saya beli. alau Anda tertarik mempelajari lebih lanjut fundamental analysis, silakan baca buku The Intelligent Investor karya Benjamin Graham, terbitan HarperBusiness Essential. Aslinya, buku ini terbitan tahun 1973, namun ditulis ulang tahun 2003. Buku Henry Markowitz, Portfolio Selection: Efficient Diversification of Investments, terbitan Yale University Press juga layak dijadikan referensi.

Sementara itu, kalau Anda lebih prefer ke technical analysis, saya sarankan baca buku Technical Analysis of the Financial Markets karya John Murphy, terbitan New York Institute of Finance (1986). Ada juga yang menyarankan buku Technical Analysis A to Z karya Stephen Achelis (2003)-tapi saya belum pernah baca. Mengenai bandarmologi analysis, sejauh ini nampaknya belum ada buku yang menulis khusus tentang itu.

Memilih Saham Unggulan
Setelah rekening efek Anda siap dan Anda sudah bisa melakukan jual/beli saham, maka bagian tersulit dari investasi saham adalah memilih jagoan yang nantinya akan memberikan hasil terbaik bagi kita. Karena saham merupakan tanda kepemilikan kita atas perusahaan, maka ada baiknya untuk berfikir layaknya pemilik bisnis (business owner). Sebelum menentukan perusahaan mana yang ingin dibeli, lakukan investigasi terlebih dahulu terhadap fundamental perusahaan yang Anda incar.

Ada ratusan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Anda bisa memulai dengan menyortir perusahaan-perusahaan dengan bidang bisnis yang Anda pahami atau perusahaan-perusahaan yang memiliki produk dan jasa unggulan. Pilih perusahaan yang Anda perkirakan akan terus bertumbuh selama 10, 20, 30 tahun ke depan. Selanjutnya, sortir berdasar manajemen dan pemiliknya. Pilih perusahaan yang dikelola oleh tim manajemen yang mumpuni. Hindari perusahaan yang punya tren “aneh”, misalnya sebuah perusahaan batubara ketika harga komoditi batubara naik namun harga sahamnya justru turun.

Ada baiknya juga memilih perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah atau grup bisnis yang terkenal profesional. Perusahaan yang dimiliki pemerintah (BUMN) biasanya “dituntut” untuk profitable dan memberikan sumbangan kepada negara melalui penerimaan dividen. Hindari perusahaan yang dimiliki (dikelola) oleh grup-grup bisnis yang memiliki reputasi kurang baik. Berhati-hatilah karena mereka tak jarang melakukan manipulasi laporan keuangan atau melakukan trik financial engineering yang kasar.

Warren Buffett menyarankan untuk memilih perusahaan yang memiliki economic moats, atau keunggulan kompetitif yang sulit untuk ditiru oleh kompetitornya. Economic moats bisa berupa keunggulan dalam bentuk brand (kekuatan merk), cost (efisiensi biaya), switching (“kesulitan” untuk berpindah ke produk/jasa lain), atau protection (perlindungan berupa paten, hak pengelolaan, aturan pemerintah, dsb). Economic moats tersebut akan membuat customer rela membayar lebih tinggi. Oleh karenanya, perusahaan yang memiliki economic moats bagus akan lebih profitable dan tetap bisa bertumbuh—-sekalipun suku bunga atau harga-harga sedang naik.

Sebagian orang juga menyarankan untuk membeli perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar (bluechip) dan yang likuid serta sering dijualbelikan (LQ45). Perhatikan juga bila perusahaan tersebut berencana untuk membeli kembali (buyback) saham mereka. Biasanya itu merupakan pertanda saham mereka dihargai lebih murah dan punya prospek yang bagus di masa depan.

 Masih bingung juga? 

Mungkin Anda bisa sedikit “mencontek” portofolio dari reksadana saham yang selama ini punya kinerja moncer. Isi perut reksadana tersebut bisa dilihat dari laporan tahunan dan/atau prospektus mereka. Anda bisa gunakan portofolio mereka sebagai guidance untuk menyeleksi perusahaan yang akan menjadi tempat Anda berinvestasi.

Nah, kalau Anda menyortir sekian ratus perusahaan yang listing di BEI, maka sampai tahap ini pilihan yang tersisa mungkin tinggal 20-30 perusahaan saja. Cari informasi lebih lengkap tentang kondisi sebenarnya perusahaan tersebut, misalnya dari karyawan, klien, supplier, atau akuntan yang mengaudit perusahaan tersebut. Bila ada waktu, kunjungi perusahaannya supaya mendapat gambaran yang lebih lengkap. Kalau tidak, berarti Anda harus “make sure” bahwa laporan keuangan sudah mencerminkan kondisi sesungguhnya dari perusahaan tersebut.

Baca laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang Anda incar. Anda bisa menemukannya di sini, sini, dan sini. Alternatifnya, Anda juga bisa men-download di situs web perusahaan yang bersangkutan.

Pilih perusahaan dengan return on equity (ROE) lebih dari 15%. Hal ini menggambarkan bagaimana kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang dimilikinya. Kalau ROE hanya berkisar 8-9%, maka berinvestasi di perusahaan tersebut sama saja dengan menabung dalam bentuk deposito.
be
Selanjutnya, pilih perusahaan yang pertumbuhan laba (earning growth) stabil berkisar antara 20% atau lebih. Pilih juga perusahaan yang memiliki rasio utang terhadap modal yang relatif rendah dan rasio harga per free cashflow rendah. Artinya, perusahaan bisa menghasilkan kas dalam jumlah besar untuk membiayai operasional perusahaan dan melakukan ekspansi tanpa perlu mengandalkan pinjaman dari luar yang berbiaya tinggi. Rasio debt/capital yang rendah juga memungkinkan perusahaan menghasilkan cashflow yang lebih sehat dan tak terlalu sensitif dengan pergerakan suku bunga.
Sampai tahap ini, mungkin tinggal 10-15 perusahaan saja yang tersisa di tangan Anda.

Memprediksi Harga Wajar Saham

Asumsikan Anda sudah menemukan 10-15 perusahaan terbaik menurut Anda. Lalu, bagaimana cara untuk menentukan harga wajar saham tersebut? Pertama, tentukan earning per share (EPS) dan tren pertumbuhannya untuk 5 tahun ke depan. Kalau pertumbuhannya di atas 15%, gunakan rate 15%; sementara bila pertumbuhannya di bawah 10%, gunakan rate 10%. Kalikan untuk melihat future value pada akhir tahun kelima.

Setelah menemukan EPS pada akhir tahun kelima, kalikan dengan price earning ratio (PER) pada tahun tersebut. PER pada tahun tersebut dihitung dengan aturan sederhana; bila PER kurang dari 20%, gunakan rate 12%; bila PER lebih dari 20%, gunakan rate 17%. Selama ini, penelitian menunjukkan sangat jarang perusahaan membukukan PER tinggi lebih dari 17% selama bertahun-tahun. Setelah dikalikan, Anda akan menemukan perkiraan harga saham pada akhir tahun kelima.

Selanjutnya, tentukan berapa value sebenarnya saham tersebut. Caranya, tambahkan perkiraan harga saham pada akhir tahun kelima dengan dividen yang diperoleh. Dividen dihitung dengan menjumlahkan EPS selama lima tahun dikalikan dengan dividen payout ratio (DPR). Setelah ketemu fair value saham tersebut pada akhir tahun kelima, tinggal mendiskontokan ke nilai sekarang dengan target (hurdle rate) yang kita inginkan.         

Enhanced by Zemanta

Thursday, December 23, 2010

Mengenal Investasi Saham (2)


Cara mendapat keuntungan dari investasi di saham mau pun reksadana adalah dari kenaikan harga atau dari pembagian dividen perusahaan. Apakah dengan demikian investasi di saham sama dengan berjudi? Pertanyaan yang selalu muncul akibat ulah segelintir pelaku spekulan di pasar modal, sampai menghalangi banyak orang untuk mulai berinvestasi. Minggu ini, saya jelaskan sedikit bagaimana cara memperoleh keuntungan melalui investasi saham dan menepis keraguan Anda tentang mitos saham=judi.

Untung dari investasi saham

Jika saya membeli saham Telkom, sebagai pemilik tentu dapat menikmati hasil yang menguntungkan. 
Dari kenaikan harga Telkom, keuntungan baru benar-benar di tangan saya jika saya menjual saham saya. Misalnya, saya beli 5 lot saham Telkom di harga Rp. 9,000 yang kemudian saya jual di harga Rp. 9,500. Maka, saya untung Rp. 1,25 juta sebelum pajak dan komisi lain. 

 Nah, jika Telkom memperoleh laba, besar kemungkinan saya sebagai investor akan mendapat dividen atau pembagian keuntungan. Jadi, saya mendapat hasil berupa kenaikan modal dan arus kas dari berinvestasi di saham. 
 Apa ini artinya berjudi?

 Investasi yang sesuai Syariah

Seperti diajarkan ayah saya, Dr. Iwan Pontjowinoto, secara umum menurut prinsip Syariah Islam, ada beberapa hal yang perlu dipenuhi agar investasi itu dapat menjadi Halal. Pertama, bebas maysir atau mengambil resiko yang sangat berlebihan (berjudi). Prinsip utama berjudi adalah untuk satu pihak menang maka pasti pihak lain kalah.
Seperti berjudi yang menang hanya bisa bandar atau pejudi, bukan? 

Patut dipahami bahwa sebetulnya tidak ada paksaan untuk menjual atau membeli efek baik itu saham, reksadana maupun obligasi di bursa efek. Jadi, meskipun harga saham Anda sedang turun hingga 50%, tidak ada seorang pun selain Anda sendiri yang dapat memutuskan untuk menjual. Sangat berbeda dengan instrumen derivatif yang bekerja dengan sistem zero-sum game. Kemudian, jika Anda beli saham di harga Rp. 2,000 kemudian mau menjual di harga Rp. 5,000, maka transaksi terjadi karena kedua-belah pihak merasa untung. Kalau tidak, ngapain beli?

 Selain itu, investor seharusnya memiliki kemampuan yang cukup untuk mengadakan analisis atas peluang dan resiko investasi. Para manajer investasi yang mengelola reksadana pasti punya lisensi Bapepam, dan jago melakukan fundamental atau technical analysis. Untuk investor pemula, Anda cukup rajin membaca buku dan koran bisnis, berkonsultasi dengan financial planner, atau mengikuti kelas tentang investasi. Selama hal tersebut dipenuhi maka unsur maysir bisa dihindari. 

 Kedua, bebas gharar atau keragu-raguan. Investor yang menjual efek tidak bisa memilih investor yang akan membeli efek yang dijualnya. Dalam hal ini, bursa efek harus menjaga transparansi atas kondisi keuangan dari emiten. 
Selama informasi tersebut tersedia secara tepat waktu dan akurat, maka unsur gharar dapat dihindari.

 Prinsip syariah juga menegaskan sangat dilarang untuk menjual sesuatu yang belum dimiliki. Sehingga, praktek short-selling dengan menjual saham yang belum dimiliki untuk membeli saham di hari yang sama sangat dilarang. 
Bagaimana dengan berutang untuk investasi?

 Dalam berhutang untuk investasi, Anda akan mengambil utang dan menggunakannya sebagai tambahan modal (tentunya harus ada modal dari kocek sendiri) untuk ditanamkan dalam instrumen investasi. Kemudian, selama periode hutang,
Anda akan mengambil porsi keuntungan untuk membayar bunga. Praktek yang dikenal dengan istilah margin trading atau margin lending, sangat dilarang dalam prinsip Syariah. 
Ditegaskan bahwa kita tidak boleh membeli tanpa memiliki kebutuhan serta daya beli. Memang betul keuntungan bisa berlipat ganda, tapi kalau rugi bisa buntung berkali-kali kan? Jelas resiko yang berlebihan dan dapat mengacaukan mekanisme pasar yang wajar. 

 Ketiga, Halal. Agar menjadi halal, maka perusahaan emiten harus memenuhi syarat Syariah Islam, yaitu produk atau jasa yang diberikan tidak boleh haram atau syubhat, cara mengelola usaha tidak boleh zholim, merugikan pihak lain serta cara memperoleh pendapatan maupun keuntungan tidak boleh bathil. Perusahaan yang memenuhi kriteria halal ini sebagian masuk di Jakarta Islamic Index.

 Berdagang atau berinvestasi

Anda perlu bedakan antara berdagang saham versus berinvestasi di saham. Seorang investor mencari keuntungan dari pertumbuhan nilai investasi dan juga bagi hasil dalam bentuk dividen dari investasinya. Jangka waktu investasi yang dituju pun jangka panjang, paling tidak diatas 5 tahun untuk yang berprofil agresif.

 Sedangkan berdagang saham atau trading, ya persis seperti pedagang mobil atau lainnya. Jadi, Anda mencari keuntungan dari jual-beli saham dalam jangka pendek. Umumnya dalam hitungan bulan atau bahkan hari Anda akan menjual kembali saham yang telah dibeli dengan mengharapkan keuntungan dari kenaikan harga. 

 Untuk investasi jangka panjang, Anda wajib menentukan tujuan berinvestasi dan mematok potensi imbal hasil yang wajar (di ZAP Finance, kami gunakan 20% per tahun). Khusus untuk trading saham, investor sebaiknya melakukan analisa dan menentukan batas harga jual dan batas harga beli atas saham yang diincar. 

Misal, Anda beli saham X pada harga Rp.1,000 dan berpendapat bahwa harga wajar tertinggi adalah Rp. 1,200. Maka bila di hari yang sama terjadi kenaikan hingga Rp. 1,300, boleh saja Anda jual dan merealisasikan capital gain. Oleh sebab itu, infrastruktur informasi pun harus transparan dan tepat waktu. Saat ini investor terbantu dengan banyaknya broker sekuritas yang menyediakan fasilitas online trading, sehingga informasi sangat mudah diperoleh.

Tepatkah saham untuk saya?

Tidak dapat dipungkiri bahwa sentimen pasar dan likuiditas keuangan mempengaruhi kondisi penawaran dan permintaan. Dampaknya harga saham bisa berbeda jauh dari nilai pasar wajar (intrinsic value). 
Namun, kalau Anda memang serius untuk berinvestasi di saham suatu perusahaan, Anda tidak akan terpengaruh oleh anjloknya harga saham (yang bersifat sementara). Alasannya, kondisi perusahaan masih bagus dan investasi anda ditujukan untuk jangka panjang. Ceritanya menjadi lain bila memang prospek perusahaan kurang bagus.

 Investasi di saham memang memberikan potensi keuntungan yang menggiurkan serta bisa memenuhi prinsip Syariah. Namun, tetap saja tidak ada investasi tanpa resiko. Minggu depan, saya akan ajak Anda memahami resiko-resiko dalam berinvestasi saham dan bagaimana mempersiapkan keuangan sebelum berinvestasi.


Mengenal Investasi Saham (1)

Oleh: Prita H. Ghozie, SE, MCom, GCertFinPlanning, CFP ( KONTAN Mingguan No.50 - XIV Edisi 17-21 September 2010. Hal. 15)


Tidak dapat dipungkiri bahwa pasar modal merupakan salah satu tempat untuk berinvestasi yang bagus. Faktanya, jumlah investor yang tercatat masuk ke pasar modal Indonesia jumlahnya belum mencapai 80 ribu orang, tidak sampai 1% dari total penduduk Indonesia yang jumlahnya ratusan juta itu. 

Tak kenal maka tak sayang. Seringkali saya mendapati masyarakat enggan berinvestasi di saham dengan alasan pasti rugi, tidak paham, tidak sesuai syariah, hingga menganggap investasi saham merupakan bentuk lain berjudi. Untuk Anda yang belum sempat atau tidak kebagian kursi di acara Kontan Share & Learn tentang investasi saham beberapa waktu lalu, semoga rangkaian tulisan saya berikut ini dapat menjawab sedikit rasa keingintahuan Anda.

Apa itu Saham
Saham adalah investasi modal. Anda tentu paham bahwa sebuah perusahaan pasti memiliki modal yang dicatat dengan sebutan saham di laporan keuangan. Bila Anda membeli saham, maka bisa dikatakan bahwa Anda memiliki bagian kecil di perusahaan tersebut dan dikenal dengan sebutan pemegang saham. Sebagai buktinya, Anda akan mendapatkan sertifikat bukti kepemilikan yang kita sebut saham.

Masih bingung juga?
Simak analogi cerita Sapi Betina yang kerap diajarkan oleh ayah saya, Dr. Iwan Pontjowinoto, saat menjelaskan tentang investasi saham kepada saya.

Misalnya ada 3 orang investor, Arzie, Althaf, dan Ardzaky, yang ingin membeli sapi bersama-sama. Sapi betina saat ini harganya Rp. 9 juta, sehingga mereka bertiga masing-masing memasukkan dana Rp. 3 juta untu membelinya. Mereka membeli sapi betina yang akan dipelihara dengan harapan mendapatkan susu setiap hari dan mendapatkan anak sapi setahun sekali. Bahasa keuangannya: Investasi Rp.9 juta pada seekor sapi betina, expected weekly income atau dividen setara 20 liter susu sapi, dan expected annual capital gain berupa seekor anak sapi. Masing-masing memiliki hak yang setara, yaitu 1/3 atas sapi dan semua hasilnya.

Setelah berjalan 6 bulan, sapi tersebut bunting dan selama ini memberikan susu rata-rata 24 liter/minggu. 
Jadi, menurut paparan analis, investment outlook-nya bagus sekali.

Setelah berjalan 7 bulan, mendadak Althaf perlu uang untuk suatu kepentingan. Untuk mengambil bagiannya, apakah mereka harus memotong sapi itu? Tentu tidak! Mereka pasti akan bingung menentukan siapa yang mendapat bagian paha, buntut, dan lainnya, padahal harganya jika dijual di pasar tentu tidak setara. Semua niatnya mau berinvestasi di sapi betina yang hidup, bukan pada daging dan kulit sapi betina. Oleh karena itu, mereka buatlah potongan-potongan puzzle yang menandakan masing-masing memiliki hak atas sapi.
Apakah harganya masih Rp. 9 juta? Sapi betinanya sudah tambah gemuk dan saat ini keadaannya bunting. Untuk mengetahui berapa harga pasar si sapi betina, dibawalah sapi tersebut ke pasar dan ditawarkan kepada para saudagar sapi betina. Setelah ditanyakan ternyata para saudagar mau membeli dengan harga rata-rata Rp.12 juta untuk satu ekor sapi. Oleh karena itu, untuk mengambil hak si Althaf, 1 puzzle dapat dibeli dengan harga Rp.4juta.

Cerita Sapi Betina dalam Kehidupan Nyata

Sekarang, misal kita anggap P.T. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) adalah 20.000.000 ekor sapi betina. Maka, semua orang yang berinvestasi pada P.T. Telkom adalah pemilik bersama dari 20.000.000 ekor sapi betina tersebut. Untuk memperjelas kepemilikan, dibuatlah sertifikat kepemilikan sapi Telkomsari. Misalnya, untuk setiap seekor sapi mendapat 3 sertifikat.
Jadi, saham adalah sertifikat sapi betina. 

Seperti cerita diatas, permasalahan saat Althaf ingin menjual bagiannya dapat diselesaikan. Saudagar Rafa yang membeli bagian Althaf akan mendapatkan 1 sertifikat Telkomsari dengan membayar Rp. 4 juta. Althaf adalah investor penjual, dan Rafa adalah investor pembeli. Selisih harga jual Rp.4 juta dikurangi harga beli Rp 3 juta adalah capital gain untuk Althaf dari investasinya di sapi betina. Delapan liter susu setiap minggu yang diperoleh Althaf  adalah weekly dividend. 
Sedangkan, pasar yang mengatur mekanisme untuk menampung penawaran dan permintaan para saudagar sapi betina merupakan Bursa Efek. 

Anda perlu ingat bahwa meski Arzie, Ardzaky, dan Althaf tidak memelihara sapi-sapi itu secara fisik, karena mereka hanya memegang bukti kepemilikan yang disebut Telkomsari itu. Namun, tetap saja sapi-sapi itu nyata adanya. Sama halnya dengan berinvestasi saham, Anda tidak akan memegang secara fisik sertifikat saham, namun jumlah kepemilikan akan tercatat di KSEI dan perusahaan yang Anda investasikan memang beroperasi dengan baik dan bagus.

Keuntungan berinvestasi saham

Investasi saham dapat dilakukan melalui investasi langsung ke pasar modal, mau pun membeli reksadana berbasis saham atau campuran. Masing-masing memiliki keunggulan, tergantung apa tujuan keuangan Anda.


Enhanced by Zemanta